Kamis, 05 Desember 2013

KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.

  1. Teori  Kepemimpinan
a.    Teori Sifat
·         Teori ini, yang sering disebut juga dengan teori “greatman”, menyatakan bahwa seorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa ciri/sifat(traits) yang diperlukan bagi seorang pemimpin.
·         Pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat, sebab individu yang lahir telah membawa ciri-ciri tertentu. Kepemimpinan adalah suatu fungsi dari kualitas seseorang dari suatu individu, bukan dari situasi, teknologi atau dukungan masyarakat. Hal ini mengandung pengertian dasar bahwa penelitian-penelitian kepemimpinan selalu condong menyebut bahwa individu adalah sumber kegiatan-kegiatannya.
b.    Teori Perilaku (Behavioral Theories)
·         Keruntuhan pendekatan kesifatan mengakibatkan para peneliti tidak lagi mencoba untuk mencari jawaban tentang sifat-sifat pemimpin yang efektif,tetapi mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif atau dengan kata lain bagaimana perilaku para pemimpin yang efektif,sebagai contoh apakah mereka lebih demokratis daripada otokratik.
·         Melalui pendekatan perilaku ini,tidak hanya diharapkan untuk memberikan jawaban yang lebih definitive mengenai kepemimpinan,tetapi hal inipun akan memberikan implikasi yang berbeda dengan pendekatan kesifatan. Pada pendekatan kesifatan,pemimpin pada dasarnya dianggap dilahirkan,sehingga jika pendekatan ini berhasil kita akan mendapatkan suatu dasar untuk menyeleksi/menempatkan orang yang cocok/tepat untuk posisi yang pemimpin. Tetapi jika pendekatan perilaku berhasil,mengidentifikasikan perilaku-perilaku tertentu yang diperagakan oleh seorang pemimpin yang beararti kita dapat melatih orang-orang untuk menjadi pemimpin.
c.    Teori Kontingensi
·         Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Model kepemimpinan kontingensi mengemukakan bahwa prestasi kelompok tergantung interaksi antara gaya kepemimpinan dengan kadar menguntungkan/tidaknya situasi. Kepemimpinan dipandang sebagai suatu hubungan yang didasarkan atas kekuasaan dan pengaruh.
·         Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : pertama,pada tingkat manakah situasi menyediakan kekuasaan dan pengaruh yang diperlukan pemimpin agar efektif,dan seberapa menguntungkan faktor situasi tersebut;kedua,sejauh mana pemimpin dapat meramalkan dampak gayanya atas perilaku dan prestasi bawahnya.
·         Tiga factor penting dalam pendekatan ini adalah hubungan pemimpin dengan anggota,struktur tugas dan otoritas pada suatu situasi. Faktor hubungan pemimpin-anggota mengacu pada kadar keyakinan,kepercayaan,rasa hormat para pengikut terhadap pemimpinyang bersangkutan. Variabel situasional ini mencerminkan penerimaan pengikut kepada pemimpin. Struktur tugas mencakup masalah untuk mencapai tujuan,kesahihan keputusan,kerincian keputusn. Otoritas pada suatu posisi menunjukan kekuasaan yang melekat pada posisi kepemimpinan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
·         Fiedler telah meneliti keefektifan orientasi kepemimpinan seseorang dihubungkan dengan menguntungkan/tidaknya situasi. Orientasi kepemimpinan seseorang dibedakan antara berorientasi tugas atau kepemipinan seseorang yang mengendalikan dengan berorientasi hubungan manusiawi atau kepemimpinan pasif. Hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi yang menguntungkan digambarkan sebagai berikut:
d.    Teori Kelompok
·         Teori kelompok dalam kepemimpinan (group theory of leadership) dikembangkan atas dasar ilmu psikologi sosial. Teori ini menyatakan bahwa untuk pencapaian tujuan-tujuan kelompok harus ada pertukaran yang positif antara bawahan dan pemimpinannya.
·         Kepemimpinan merupakan suatu proses pertukaran (exchange process) antara pemimpin dan pengikutnya, yang juga melibatkan konsep sosiologis tentang peranan yang diharapkan kedua belah pihak. Penelitian psikologis sosial dapat digunakan untuk membantu penerapan konsep pertukaran dan peranan tersebut pada proses kepemimpinan.
·         Hal ini nampak pula dari hasil studi ohio state university khususnya dimensi pemberian perhatian (consideration) pada para bawahan yang akan  memperluas pandangan kelompok terhadap kepemimpinan.
e.    Teori Situasional
·         Dimulai pada tahun 1940-an, para ahli psikologi sosial melakukan penelitian untuk mencari variabel-variabel situasional yang berpengaruh pada peranan kepemimpinan, skill dan perilaku serta terhadap pelaksanaan dan kepuasan kerja para bawahannya.
·         Fred Fiedler telah mengajukan sebuah model dasar situasional bagi efektivitas kepemimpinan, yang dikenal dengan contingency model of leadership effectiveness. Model ini menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi yang menguntungkan/menyenangkan.
·         Situasi-situasi tersebut digambarkan oleh fiedler dalam tiga dimensi empiris, yaitu
1. Hubungan pimpina anggota
2. Tingkat dalam struktur tugas
3. Posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui wewenang formal.
·         Situasi-situasi itu menguntungkan bagi pemimpin bila ketiga dimensi diatas adalah berderajat tinggi. Bila situasi terjadi sebaliknya maka akan sangat tidak menguntungkan bagi pemimpin. Atas dasar penemuannya, Fiedler berkeyakinan bahwa situasi menguntungkan yang dikombinasikan dengan gaya kepemimpinanakan menentukan efektivitas pelaksanaan kerja kelompok.
d.    Teori Path – Goal
·         Teori path-Goal dikemukakan oleh Robert House (1974). Teori ini sendiri merupakan salah satu pendekatan situasional (kontingensi) yang menggunakan konsep-konsep dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Ohio State University. Para peneliti dari Ohio State Universitymengidentifikasikan dua kelompok perilaku yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan-struktur pemrakasaan dan pertimbangan.
·         Esensi dari teori ini adalah bahwa seorang pemimpin mempunyai tugas untuk membantu bawahannya dalam pencapaian tujuan-tujuan dan menyediakan petunjuk dan/atau dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan tersebut seiring sejalan dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan.
·         Ada dua preposisi yang dikemukakan dalam teori path-goal. Kedua preporsisi tersebut adalah :
1.      Perilaku seorang pemimpin dapat diterima oleh bawahannya sejauh perilaku tersebut dipandang oleh bawahan sebagai sumber untuk memperoleh kepuasaan saat ini ataupun sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan pada masa yang akan datang.
2.      Perilaku pemimpin dapat dikatakan motivatif, jika :
a.    perilaku tersebut membuat kebutuhan bawahan akan kepuasan, bergantung pada prestasi kerja yang efektif.
b.    Perilaku tersebut melengkapi lingkungan bawahan dengan menyediakan perbekalan, bimbingan, dukungan, dan imbalan yang diperlukan untuk pencapaian prestasi kerja yang efektif.
·         Teori ini memuat empat tipe atau gaya pokok perilaku pemimpin, yaitu :
a. Kepemimpinan direktif (direktive leadership).
Bawahan tahu secara jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-perintah khusus diberikan oleh pemimpin. Disini tidak ada partisipasi oleh bawahan (pemimpin yang otokratis). Hasil penemuan menyatakan bahwa gaya kepemimpinan direktif mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan dan harapan bawahan yang melakukan pekerjaan yang mendua (ambiguous) dan mempunyai hubungan yang negatif dengan kepuasan dan harapan bawahan yang melakukan tugas-tugas yang jelas.
b. Kepemimpinan suportif (supportive leadership).
Pemimpin yang selalu yang bersedia menjalankan, sebagai teman, mudah didekati dan menunjukkan diri sebagai orang sejati bagi bawahan. Gaya kepemimpinan ini mempunyai pengaruh yang sangat positif bagi kepuasan bawahan yang bekerja dengan tugas-tugas yang penuh tekanan, frustasi dan tidak memuaskan.
c. Kepemimpinan Partisipatif ( Partisipatif leadership).
Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan. Kebanyakan studi dalam organisasi industri manufaktur, didapatkan dalam tugas-tugas yang tidak rutin, karyawan lebih puas daripada pemimpin yang non partisipatif.
d. Kepemimpinan Berorientasi prestasi (achievement oriented leadership)
Pemimpin mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan yang menarik bagi bawahan, merangsang bawahan untuk mencapai tujuan tersebut dan melaksanakan dengan baik. Diperoleh penemuan bahwa untuk bawahan yang melaksanakan tugas-tugas mendua dan tidak rutin, makin tinggi orientasi pemimpin akan prestasi, makin banyak bawahan yang percaya bahwa usaha mereka akan menghasilkan pelaksanaan kerja yang efektif.
e.    Teori Kepemimpinan Kontemporer
Teori Atribut Kepemimpinan
·         Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
·         Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak orang yaitu:
                              1.      Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya.
                              2.      Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan).
                              3.      Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.
 
PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPIN
Pemimpin sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna untuk mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Sumber pengaruh ini bisa jadi bersifat formal, seperti yang diberikan oleh pemangku jabatan manajerial dalam sebuah organisasi. Karena posisi manajemen memiliki tingkat otoritas yang diakui secara formal, seseorang bisa memperoleh peran pemimpin hanya karena posisiya dalam organisasi tersebut.
Namun, tidak semua pemimpin adalah manajer, demikian pula sebaliknya, tidak semua manajer adalah pemimpin.
Hanya karena suatu organisasi memberikan hak-hak formal tertentu kepada para manajernya, bukan jaminan bahwa mereka mampu memimpin dengan efektif. Kita menentukan bahwa kepemimpinan non formal yaitu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang muncul dari luar struktur formal suatu organisasi-sering kali sama pentingnya dengan atau malah lebih penting pengaruhnya daripada pengaruh formal.